Berbekal pengalaman 5 tahun bergelut bekerja pada perusahaan kopi membuat Sadarsah cukup mengenal potensi dari pasar kopi dunia. Dan inilah yang menguatkannya untuk resign dari pekerjaan tetapnya dan memilih terjun bebas dalam peluang usaha agrobisnis dengan menjalankan usaha eksportir kopi gayo.
Semenjak lulus kuliah, Sadarsah, seorang pria muda berusia 20an tahun ini sudah terjun dalam dunia kopi. Bekerja di dalam perusahaan yang bergerak dalam industri kopi membuatnya cukup baik mengenal potensi dari kopi Indonesia dan bagaimana kondisi pasar kopi dunia.
Setelah 5 tahun bertahan sebagai karyawan, satu masa di tahun 2006 terjadi kondisi dimana dunia mengalami paceklik kopi. Kala itu terjadi masalah besar dengan panen kopi asal Brazil yang selama ini menjadi pemasok utama kopi ke Amerika dan Eropa.
Sementara di dunia sedang kekurangan stok kopi, malah di Indonesia suplai kopi surplus. Sebenarnya kopi Indonesia juga sama digemarinya di dunia bahkan beberapa masuk dalam deretan kopi-kopi termahal di dunia, termasuk kopi luwak dan kopi gayo. Meski kopi gayo tidak semahal kopi luwak, tetapi bagi mereka yang mengerti, sudah tau bagaimana kualitas dari kopi gayo itu sendiri.
Kopi gayo sebenarnya adalah jenis kopi Arabica biasa sebagaimana kebanyakan kopi produksi Indonesia. Hanya saja kopi ini ditanam di kawasan perbukitan dengan suhu tertentu, kesuburan tertentu dan konsep pemeliharaan organik. Kopi gayo dikenal sebagai salah satu kopi terenak di dunia dan harganya masih lebih terjangkau dari kopi luwak.
Meski sebenarnya digemari di dunia, kopi gayo justru tidak mudah diperoleh di pasaran dunia. Kopi ini belum tersalurkan dengan baik di pasar ekspor. Pemain ekspor belum terlalu banyak sementara permintaan sebenarnya cukup besar. Inilah yang mampu dilihat oleh Sadarsah, adanya krisis kopi dunia yang jelas akan berpotensi untuk diisi dengan kopi gayo yang terkenal enak dan juga digemari dunia.
Dengan bermodal pesangon dan pinjaman dari kerabat, pria muda ini mulai menjajal peluang usaha Agrobisnis ini dengan memasukan penawaran demi penawaran ke beberapa channel ekspor kopi yang dia kenal selama menjadi karyawan industri kopi. Rupanya begitu Sadarsah menawarkan kopi gayo, sambutan langsung cukup tinggi. Dalam pekan pertama saja, Sadarsah sudah mendapatkan pesanan 1 kontainer.
Sukses memuaskan permintaan pertamanya, Sadarsah kembali menerima permintaan kopi gayo. Dibawah brand perusahaan CV Arvis Sanada, Sadarsah mulai melancarkan peluang usaha agrobisnis nya perlahan namun pasti. Omset tahun pertamanya bisa mencapai 600 juta perbulan.
Untuk memenuhi target penjualannya, Sadarsah langsung berangkat ke lokasi penanaman kopi gayo di kawasan perbukitan Gayo Lues dan menjalin kerjasama dengan berbagai kelompok tani yang berkembang di daerah ini.
Pada tahun ketiga Sadarsah menjalankan peluang usaha agrobisnis ini, Omset Sadarsah sudah mencapai lebih dari 3 milar per bulan dengan ekspor kopi gayo hingga 14 kontainer tiap bulannya atau sekitar 250an ton kopi gayo.
peluang usaha agrobisnis CV Arvis Sanada yang awalnya hanya berskala kecil-kecilan berubah menjadi usaha besar dengan 100 karyawan. Pada tahun ini saja Sadarsah malah sudah mengekspor hingga lebih dari 25 ton dengan catatan omset hingga lebih dari 8 milyar.Sadarsah sudah mengekspor ke berbagai belahan benua Eropa, Amerika sampai jepang dan Korea Selatan.
Meski Sadarsah sukses dengan peluang usaha agrobisnis yang dikembangkannya, tak lantas usaha ini mulus tanpa kendala. Berbagai kendala sempat juga datang menghampiri seperti kendala dari pemasok dan dari persaingan dari pelaku usaha lain. Kadang pemasok miliknya mendapat iming-iming dari eksportir lain sampai akhirnya beralih menjual pada pesaingnya.
Baca juga : Ini Dia 6 Jenis Peluang Usaha Untuk Mahasiswa
Sadarsah akhirnya membangun hubungan dua arah dengan kelompok tani mitranya seperti dengan memberikan bantuan permodalan dan berbagai pelatihan dengan tujuan petani bisa memiliki ikatan yang lebih kokoh dengan perusahaan untuk tetap menjadi pemasoknya.
Selain itu, Sadarsah sempat pula berhadapan dengan kendala hukum ketika sebuah perusahaan asal Belanda mengklaim nama Gayo sudah mereka patenkan sebagai merek dagang mereka. Meski sempat berkali-kali tersandung dengan masalah ini, Sadarsah akhirnya mendekati Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia untuk mendapatkan perlindungan.
Asosiasi ini mencarikan solusi untuk Sadarsah dengan bantuan hukumnya, termasuk mengajukan hak paten geografi atas tanah Gayo. Dan akhirnya pada tahun 2010, Asosiasi ini berhasil mendapatkan sertifikasi terhadap Indikasi Geografi tanah Gayo dalam International Fair Trade Organization atau IFTO. Dengan sertifikat ini setiap warga Indonesia berhak menggunakan nama Gayo pada kopi khusus produksi dari Tanah Gayo secara internasional.
Salah satu upaya bisnis lain yang sempat dilancarkan Sadarsah adalah dengan mengikutkan produksi kopi gayo ini dalam sebuah festival kopi di Bali di tahun 2011. Dari hasil scoring didapat kopi gayo menjadi kopi organik terbaik di dunia. Penobatan ini sukses membuat kopi gayo naik peringkat di mata pasar kopi dunia, meningkatkan harga jual sekaligus permintaan kopi ini.
Inilah kisah keberhasilan seseorang dengan peluang usaha agrobisnis yang dikembangkan dengan keberanian, ketekunan dan kreativitas. Menjadi jeli melihat peluang memang modal terbesar dalam mengembangkan bisnis, sebagaimana seorang Sadarsah dengan keberhasilan bisnis kopi gayo.
Sumber gambar : www.tempo.co