Buka usaha dengan modal kecil – Memanfaatkan barang sisa industri kerap menjadi pilihan strategis terbaik untuk buka usaha dengan modal kecil. Ide inilah yang menjadi dasar langkah seorang pria asal Bantul bernama Purnomo. Terpaksa di PHK dari pekerjaanya sebagai tenaga pemasaran sebuah perusahaan consumer goods, membuatnya harus putar otak untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Kebetulan sekali pria muda berusia 32 tahun asli Yogya ini bertemu dengan seorang teman masa SMAnya yang berkerja di sebuah usaha konveksi pakaian batik ternama.
Menurut informasi dari rekannya tadi, sisa kain batik kualitas satu dari pabrik ini cukup banyak dan kadang terbuang percuma.
Mendengar informasi macam ini ide kreatif Purnomo langsung muncul dan menggugahnya untuk mencoba buka usaha dengan modal kecil.
Untuk menjajal ide kreatifnya, Purnomo mendatangi penjahit pakaian di sekitar rumahnya, meminta beberapa carik kain perca dan membeli beberapa peralatan seperti peralatan jahit, lem dan beberapa pernik aksesoris dengan harga tak lebih dari 50 ribu.
Tinggal di dekat kawasan pusat handicraft memang mendekatkan Purnomo dengan dunia ini sejak kecil. Tidak heran bila dalam sekejab saja Purnomo berhasil menyulap kain perca sisa tadi menjadibeberapa boneka kecil yang lucu dan menggemaskan.
Tak berhenti sampai di situ, Purnomo juga mencoba memberi wadah eksklusif untuk boneka buatannya ini dengan kotak kreasinya yang terbuat dari karton bekas dilapis kertas kado dan tutup mika plastik. Pengemasan yang cantik ini benar-benar membuat produk kreasinya ini layaknya sebuah bingkisan eksklusif yang memikat.
Beberapa boneka hasil karyanya ini kemudian beliau titipkan ke pasar beringharjo Yogyakarta sebagai sampel. Benar saja dalam 1 minggu saja, Purnomo langsung menerima pesanan paket boneka loro blonyo sebanyak 1000 buah dengan nilai kontrak mencapai 7 juta.
Untuk memenuhi pesanan ini, Purnomo mengambil bahan kain batik sisa dari pabrik tempat rekannya tadi bekerja dan menggarapnya selama 2 minggu bersama sang istri.
Biaya yang harus Purnomo keluarkan untuk pesanan ini hanya sekitar 1,5 juta saja untuk membeli kain, aksesoris dan beberapa perlengkapan lain.
Inilah pesanan pertamanya yang Purnomo terima sekitar 1 tahun lampau. Kini setelah berjalan setahun lamanya usaha souvenir kain perca pabrik ini berjalan, Purnomo sudah mulai dapat menuai hasil dari upayanya buka usaha dengan modal kecil ini.
Setiap bulan setidaknya Purnomo harus memenuhi 3 permintaan pesanan dengan kisaran produksi mencapai 3000 buah perbulan. Untuk memenuhi permintaan ini Purnomo merekruit para tetangga sekitar rumahnya dengan sistem upah borongan.
Purnomo bahkan tidak pelit dalam membagi hasil keuntungan dengan para karyawan borongannya. Untuk menggarap 100 buah boneka saja seorang karyawannya bisa mengantongi hasil 400 ribu. Menurutnya pekerjaan ini cukup rumit, jadi wajar saja kalau pembayaran tenaga pembuatnya juga cukup tinggi.
Meski demikian Purnomo tetap mampu meraup hasil besar. Saat ini Purnomo sudah mampu menghasilkan omset setidaknya 35 juta perbulan dengan porsi keuntungan bisa mencapai 35 %. Bahkan pada musim pernikahan, omset Purnomo bisa meningkat menjadi 4 -5 kali lipat.
Produknya yang tergolong mahal di pasar souvenir Yogya yakni pada kisaran 7 ribu hingga 20 ribu per kemasan membuat pasar dari souvenir buatannya hanya bisa masuk dalam pasar menengah ke atas.
Maka pemasaran dengan sekedar menitipkan sampel pada pedagang souvenir di Beringharjo tampaknya kurang mampu memberi hasil optimal. Pasalnya daya beli konsumen di beringharjo secara umum cukup terbatas, maka Purnomo harus mencari pasar lain yang sesuai dengan produknya.
Salah satu pilihan Purnomo adalah memasuki ranah Wedding Organizer yang notabene lebih sering mendapatkan klien kalangan menengah ke atas. Ide ini ternyata cukup brilian karena sukses menambah pemesanan yang masuk.
Konsep hand made yang di usung Purnomo membuat produknya ini dibandrol dengan harga yang relaitf tinggi.
Justru karena inilah pula produk souvenir buatannya digemari di kalangan menengah ke atas bahkan pernah mendapat pesanan dari pernikahan putra pejabat Jakarta dan sempat pula mendapat pesanan dari luar kota Yogya.
Hingga kini Purnomo sengaja tidak membuat stok untuk produk souvenir buatannya, tetapi hanya membuat berdasar pesanan. Pasalnya biasanya setiap konsumen memesan dengan karakter dan bentuk boneka yang berbeda-beda.
Sebagian besar pesanan berupa boneka loro blonyo, yakni boneka pasangan dengan pakaian pengantin Jawa.
Hanya saja beberapa pesanan juga meminta untuk dibuatkan boneka loro blonyo dengan kostum pengantin dari adat lain seperti misalkan adat minang atau pakaian pengantin internasional. Namun tidak sedikit pula pesanan custom boneka dengan bentuk dan desain khusus.
Saat ini Purnomo sedang berencana untuk mengembangkan usaha souvenir uniknya ini ke pasar yang lebih luas dengan membuka blog promosi dan mencoba memasang iklan di beberapa majalah dan web-web pernikahan.
Harapan Purnomo ke depannya usahanya ini semakin berkembang dan mendapat pesanan dari berbagai daerah di Indonesia. Tentu saja selain untuk kesejahteraan keluarganya, Purnomo juga berharap upayanya buka usaha dengan modal kecil ini bisa menjadi jalan kesejahteraan bagi warga sekitar rumahnya pula.