Usaha Sampingan Di Rumah, Usaha Perkebunan Hidroponik Rumahan Dengan Untung Jutaan Per Bulan

Usaha sampingan di rumah – Pada kesempatan sebelumnya kami sudah membahas mengenai potensi usaha pertanian hidroponik yang rupanya memberi Anda hasil lebih dari sekedar pertanian biasa. Namun selama ini usaha pertanian semacam ini identik dengan usaha pada lahan relatif luas dengan pengelolaan di bawah pakar pertanian. Siapa sangka usaha pertanian hidroponik juga cocok Anda jalankan sebagai usaha sampingan di rumah.

Usaha Sampingan Di Rumah, Usaha Perkebunan Hidroponik Rumahan Dengan Untung Jutaan Per Bulan
Image : pesonataman.com

Anda bisa melihat dari ide yang dijalankan seorang ibu muda asal Surabaya bernama Gina Novila. Terinspirasi dari seorang rekan yang sudah terlebih dulu terjun dalam usaha serupa di kawasan Pamulang Jakarta, ibu muda ini tergerak untuk menjajal usaha serupa di lahan kosong dekat pada sisi kediamannya yang luasnya tak lebih dari 600 m2.

Dengan modal terbatas, Gina membangun sebuah lokasi green house yang terbuat dari bambu dan plastik. Kemudian membuat rak-rak tanam dengan menggunakan bambu dan pralon.

Lahan 600 meter2 miliknya disulapnya menjadi perkebunan mungil untuk beragam tanaman dengan nilai jual tinggi macam lettuce, basil, pakchoy, sawi, kubis merah, romaine dan sebagainya.

Pada awalnya usahanya ini tak lebih hanya sekedar iseng dan uji coba, karena bisa dikatakan ini masih pengalaman pertamanya. Terlebih Gina dan suami hanya sempat belajar 5 hari soal bagaimana cara merawat tanaman hidroponik.

Setidaknya Gina berharap ini bisa menjadi usaha sampingan di rumah, yang bisa dia jalankan dengan santai dan tidak terlalu melelahkan. Soal hasil, berhubung pada awalnya hanya sekedar sebagai usaha sampingan, Gina tidak berharap lebih.

Pilihan Gina pada jenis sayuran dengan nilai jual tinggi juga tak lebih karena dari sisi biaya penanaman dengan cara hidroponik memakan biaya lebih besar. Setidaknya sayuran ini bisa menutupi biaya penanaman ketika nanti dijual. itupun adalah saran dari rekan Gina asal Pamulang tersebut.

Begitu memasuki bulan ke tiga dan mulai melihat sayuran yang mereka tanam ini cukup sukses, Gina mulai mencoba menawarkan sayuran buatannya ke hotel dan restoran yang berlokasi masih di kota Surabaya.

Begitu dikatakan ini adalah produk hidroponik, tanggapan pasar cukup positif. Rupanya memang di pasaran kelas atas, sayuran hidroponik terkenal lebih berkualitas, tahan lama dan sehat karena tidak terkena pestisida dan bahan kimiawi.

Kini setidaknya dari lahan sempitnya ini, Gina sudah bisa memproduksi setidaknya sekitar 200 – 400 kg tiap bulan dan soal hasil tentu saja cukup menggiurkan.

Untuk produksinya ini Gina hanya bekerja sekitar 4 jam setiap hari untuk melakukan perawatan, penanaman dan pemanenan dengan bantuan 2 orang tenaga kerja yang bekerja dengan jam pendek.

Dari produksinya yang kini 100% sudah terserap langsung oleh konsumen tetap Gina, yakni beberapa hotel dan restoran di kota Surabaya, Gina bisa membukukan omset hingga 17 jutaan tiap bulan dengan share keuntungan sekitar 25 – 40 %. Itu artinya setiap bulan Gina bisa menghasilkan keuntungan sekitar 5 – 6jutaan tiap bulan.

Potensi usaha sampingan di rumah yang dikembangkan Gina saat ini mulai muncul gaungnya di masyarakat Surabaya. Ide membangun pertanian ala perkotaan yang di rintis Gina membuat banyak orang tertarik dan ingin belajar dari Gina.

Tidak heran kalau setiap hari selalu saja ada pengunjung yang datang untuk belajar atau sekedar menikmati suasana perkebunan cantik di tengah kota. Perkembangan ini memunculkan ide usaha sampingan lain yang rencananya memang akan di rintis Gina dan suami kedepannya.

Mereka berdua berencana akan membuka semacam café garden di tengah kebun hidroponiknya. Itu sebabnya Gina sedang berencana menambah luas lahannya.

Pengunjung café bisa menikmati suasana kebun yang cantik sembari menikmati hidangan dengan sayuran hasil hidroponik yang sehat. Juga bisa sembari belajar teknik penanaman hidroponik sekaligus.

Malah rencananya Gina ini mengembangkan usaha penjualan produk hidroponik dengan membangun serikat penanam hidroponik kota Surabaya.

Meski udara Surabaya panas, rupanya usaha hidroponik mulai banyak dirintis Kebanyakan membukanya juga sekdar sebagai usaha sampingan di rumah.

Sayangnya para pelaku pertanian hidroponik ini belum memiliki naungan. Ini membuat proses pemasaran dan perkembangan usaha menurut Gina menjadi kurang optimal dan cenderung lambat.

Seandainya berdiri semacam paguyuban yang menyatukan semua petani hidroponik, maka proses pemasaran dan pengembangan usaha sampingan di rumah bisa lebih optimal. Dan inilah harapan ke depan dari Gina.