Kali ini kami akan membahas ide bisnis sampingan bagi mahasiswa. Berawal dari musibah yang menimpanya tepat ketika Nita wanita muda usia 25 tahun ini tamat SMA, sang ayah harus menemui Sang Khalik. Maka Nita dan ibunda harus banting setir berpikir untuk menghidupi diri mereka sendiri dan membiayai kuliah Nita.
Nita yang awalnya masih kuliah di salah satu Universitas swasta di Jakarta itu mendapat informasi mengenai potensi bisnis sampingan bagi mahasiswa yakni bisnis rajut di kota Bandung. Banyaknya pabrikan rajut di kota Kembang ini, tepatnya di daerah Kampung Mekar Bhakti, Cimahi.
Nita yang memang sejak awal sedang mencari ide bisnis sampingan bagi mahasiswa mulai mencari tau soal bagaimana prospek bisnis rajut dan bagaimana menjalankannya. Dengan modal yang diperoleh Nita dari tinggalan sang ayah, Nita dan sang Bunda nekad membeli peralatan rajut bekas sebanyak 10 unit, senilai 15 juta dan sebuah rumah sederhana tentu saja di bilangan Kampung Mekar Bhakti sebagai bengkel rajut.
Dasar masih awam, Nita malah tertipu oleh pedagang mesin rajut bekas tadi, dari 10 mesin yang dibelinya Nita hanya bisa memfungsikan 7 diantaranya. Apa mau dikata, sudah terlanjur basah jadi Nita memulai usaha rajutnya dengan 7 mesin rajut dan 7 karyawan rajut. Untuk awal, Nita ikut-ikutan kebanyakan pelaku usaha bengkel rajut di sekitarnya yang menerima pekerjaan rajut dari pabrik di sekitar kawasan ini.
Ketika itu, Nita harus menggarap beberapa bagian saja dari sweater misalkan lengannya saja atau sisi depannya saja. Dari sisi penghasilan tentu saja kurang optimal, karena pabrik biasanya menghargai garapan berasar jumlah kodi pengerjaan. Selain itu Nita merasa pekerjaan macam ini tak ubahnya dia dengan pegawai pabrik yang mengerjakannya di bengkel terpisah.
Tetapi dengan keterbatasan waktu yang Nita miliki karena ketika itu Nita masih berkuliah di Jakarta, maka Nita tidak banya berkutik dengan situasi ini. Sampai satu waktu Nita dan Bundanya sepakat untuk memindahkan kuliah Nita ke Bandung. Dan akhirnya di tahun 2006 Nita bisa masuk ke Universitas Padjajaran jurusan Hubungan Internasional.
Dengan berposisi di Bandung membuat Nita lebih leluasa mengelola bisnis sampingan bagi mahasiswa yang dia miliki ini. Dan dari sinilah Nita memutuskan untuk membuat sendiri produk sweater karya rancangannya sendiri.
Untuk itu, Nita tetap harus memulai segalanya dari awal lagi. Bahkan Nita awalnya tidak tau dimana menemukan suplai benang rajut berkualitas, karena selama ini Nita mendapat suplai benang dari pabrik. Nita juga harus melakukan survey demi menemukan bagaimana selera pasar dan masalah teknis lainnya. Perlu persiapan setidaknya 3 bulan bagi Nita untuk memastikan segalanya.
Dan ketika Nita sukses memproduksi sweater-sweater pertamanya, Nita hanya membuat sebanyak 4 lusin dalam 4 ukuran, dengan 3 model desain. Beruntung tenaga rajut yang Nita miliki sudah cukup berpengalaman dalam hal rajut merajut, jadi malah Nita kadang yang banyak belajar dengan karyawannya untuk bisa menciptakan desain yang menarik.
Penjualan pertamanya sukses dengan hanya menggunakan metode penjualan langsung. Kadang Nita jual di kampusnya, kadang di jual di kantor sang Bunda yang seorang guru kadang juga dia jual ke Jakarta ke rekan-rekan masa kuliahnya dulu.
Kini Nita semakin canggih dalam menjual produk sweater buatannya. Nita mulai membuka jalur penjualan online via facebook yang terbukti sangat ampuh meningkatkan penjualan cukup kencang. Malah Nita akui penjualan sweater keluar kotanya jauh lebih deras dari penjualan dalam kotanya. Apalagi sampai sekarang Nita hanya mempunyai satu show room kecil di salah satu sudut kota Bandung.
Nita kini juga meluaskan produknya dari produk sweater untuk pria sampai untuk anak-anak. Menurut Nita usaha sweater itu tidak terlalu sulit. Karena dari sisi bentuk sebenarnya monoton, jadi yang membedakan hanya ukuran, warna dan corak.
Saat ini meski masih berstatus mahasiswa, Nita dengan bisnis sampingannya bisa menghasilkan pendapatan bersih antara 10 juta sampai 15 juta tiap bulan. Itu juga karena Nita masih menerima pesanan dari pabrik.
Nita hanya tidak ingin karyawannya yang kini sudah berjumlah 15 orang itu harus kekurangan penghasilan ketika usaha sweaternya sedang menurun omsetnya. Meski hanya berstatus bisnis sampingan bagi mahasiswa, bukankah hasil yang diperoleh Nita mengalahkan mereka yang bekerja sebagai karyawan? -Tim Siap Bisnis-